Senin, 09 November 2015

HARI PAHLAWAN DAN BUDAYA (UANG) TERIMAKASIH

Tanggal 10 Nopember 1945 mengandung peristiwa penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa perang besar pertama pasca proklamasi kemerdekaan terjadi pada tanggal ini. Perang mempertahankan kemerdekaan dari tentara asing yang kembali ingin mencaplok kedaulatan Indonesia. Pertempuran besar yang terjadi di Surabaya ini kemudian setiap tahunnya diperingati dan ditetapkan sebagai salah satu hari bersejarah di negeri ini. Hari pahlawan.

Sekalipun pada peristiwa tersebut jatuh korban yang lebih banyak dari pihak Indonesia, namun latar belakang terjadinya perang dan semangat heroik yang luar biasa yang ditunjukkan seluruh elemen masyarakat Surabaya ketika itu sangat layak diperingati. Bukan hanya pejuang, bahkan para ulama, kiyai, santri dan rakyat sipil turut serta memainkan peran mereka ketika itu demi mempertahankan kedaulatan negeri ini. Semangat yang seharusnya diwarisi oleh kita hari ini.

Semangat kepahlawanan merupakan semangat yang mendorong kita memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa ini. Semangat yang menginisiasi kita mengambil peran dalam mengisi kemerdekaan. Semangat untuk melakukan kebaikan demi kebaikan sekalipun ia begitu melelahkan. Semangat kepahlawanan adalah semangat untuk berkorban memberi jasa tanpa pernah berpikir bahwa kita akan dikenal, dihormati, atau bahkan sekedar ucapan terimakasih.

Bagaimana dengan saat ini? Di zaman yang serba mengagungkan materi seperti saat ini, semangat kepahlawanan semakin tergerus oleh arus kepentingan. Setiap jasa harus diukur dengan imbalan dan nilai tertentu. Sekalipun untuk menjalankan fungsi tersebut sebenarnya ia telah mendapat gaji dari tempat ia bekerja.

Budaya uang terimakasih menjadi hal yang dianggap biasa hari ini. Dan tanpa kita menyadari, budaya ini akan menggerus habis sifat kepahlawanan dalam diri kita. Pemberi dan penerima akan kehilangan rasa menghargai terhadap jasa yang diberi maupun yang diterima disebabkan jasa tersebut telah terukur nilainya. Dan pada akhirnya, antara pemberi dan penerima hanya akan saling membantu jika dianggap memberi keuntungan semata. Dan kemajuan apalagi yang bisa diharapkan dalam suatu negara apabila dalam negara tersebut yang ada hanya saling memanfaatkan dan bukan saling membantu?. Bahkan jika budaya ini menjamur dalam instansi pemerintah, tentulah memperlambat roda pemerintahan itu sendiri. Dan ujung-ujungnya akan mengorbankan kepentingan masyarakat.

Jika saja para pahlawan itu masih hidup hari ini. Mungkin mereka akan berkata "Bukan untuk ini kami berjuang". 

Hari ini, hari pahlawan hanya diperingati sebagai seremonial semata tanpa mewariskan nilai-nilai kepahlawanan yang menyertainya. Perlahan namun pasti akan semakin sulit mencari sosok pahlawan di negeri ini. Bagaimana dengan anda? Apakah anda bersedia?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar