Sabtu, 23 Januari 2016

"KETIKA MAS GAGAH PERGI THE MOVIE" BERAWAL DARI CERPEN

Terkesan akan kenangan pertama sekali membaca novellet dengan judul yang sama di tahun 2000-an ketika masih dibangku kuliah dulu mendorong saya untuk menonton versi layar lebarnya kemarin. Film yang harus menjalani proses yang cukup panjang dari novelletnya untuk diangkat ke layar lebar ini cukup memuaskan ekspektasi saya dan menjawab kekhawatiran saya sebelumnya. Film ini menurut saya telah mampu mewakili semangat perubahan yang diusung penulis novelletnya.


Dengan permainan karakter yang kuat dari para pemerannya yang dipilih melalui proses audisi, film ini mampu mengangkat konflik sederhana tentang hubungan antara kakak beradik Gagah dan Gita menjadi sebuah cerita menarik yang menguras emosi. Gita yang sangat mengidolakan kakaknya, tidak bisa menerima perubahan sikap kakaknya sekembalinya sang kakak dari tugas kuliah di luar kota. Gagah yang semula terlibat dalam dunia modeling dan populer mendadak berubah menjadi pemuda yang lebih kalem, dan tenang. Gagah menjadi pribadi yang lebih peduli pada lingkungan dan sesama. Hal inilah yang mengusik Gita. Kebersamaan yang sebelumnya mereka jalani seakan hilang seiring perubahan sikap Gagah. Dalam pemberotakannya, Gita justru menemukan jawaban dari orang-orang yang tidak ia kenal sebelumnya. Beserta dengan tokoh dan konflik lainnya, film ini juga berusaha menyampaikan Islam secara menyeluruh dengan apik dan tentunya dengan pendekatan remaja.

KMGP sendiri awalnya adalah sebuah cerpen yang ditulis oleh Mbak Helvy Tiana Rosa (HTR) di tahun 1992 dan dibukukan pertama sekali dalam bentuk novellet pada tahun 1997. Sampai kini novellet KMGP sudah masuk cetak ulang ke 40 dengan lebih dari sejuta eksemplar dan dibaca oleh sekitar tiga juta pembaca.

Di film ini Mbak HTR sendiri berlaku sebagai produsernya. Dengan taglinenya "Ini film kita, kita yang membiayai", akhirnya Mbak HTR mampu mengangkat KMGP ke layar lebar setelah pada tahun lalu melakukan roadshow di beberapa kota di Indonesia dan mendapat dukungan dari berbagai pihak yang peduli dengan idealisme yang diusung film ini.

Menilik dari sejarah novelletnya yang sudah menjamah banyak pembaca dan lintas generasi, seharusnya film ini mampu menyamai kesuksesan novelletnya. Penampilan yang luar biasa dari para bintang pendatang baru seperti Hamas Syahid (Gagah), Aquino Umar (Gita), Masaji Wijayanto (Yudi) dan Izzah Ajrina (Nadia) yang didukung oleh beberapa aktris dan aktor senior merupakan daya tarik tersendiri film ini disamping alur cerita dan pesan yang ingin disampaikan film ini. Pesan perubahan dan kebaikan yang tidak berkesan menggurui mengalir lembut melalui dialog para tokoh-tokohnya. Salah satu dialog yang berkesan diantaranya adalah kata-kata yang diucapkan Gagah "Untuk kebaikan yang belum kau pahami, setidaknya belajarlah untuk menghargainya".

Sekalipun ia telah bermetamorfosis menjadi layar lebar, KMGP ternyata tidak berhenti mengusung kebaikan. Dengan menonton KMGP, para penonton telah turut berpartisipasi membangun pendidikan bagi anak-anak di Indonesia Timur dan Palestina. Film bergenre drama ini sangat saya rekomendasikan untuk ditonton, terutama oleh para remaja yang hari ini sedang belajar memperbaiki diri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar