Rabu, 18 Maret 2015

KETIKA TERNYATA KITA TIDAK BELAJAR APAPUN DARI PENGALAMAN

Pengalaman adalah guru terbaik, demikian ungkapan yang selalu kita baca dan kita dengar. Apapun yang kita alami hari ini, sebagian besarnya adalah rangkaian dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Bahkan, kehidupan akhirat kita dihisab dari pengalaman kita di dunia.

Dalam memberikan pelajarannya, pengalaman tidak mengenal sudut objektivitas. Peristiwa keberhasilan maupun peristiwa kegagalan tetap memberikan pelajaran dengan kadar yang sama.
Pengalaman juga tidak mengenal subjektivitas. Ia bisa mengajarkan sesuatu meskipun pengalaman itu bukan bersumber dari pengalaman pribadi. Kita tetap masih bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain.

Pengalaman juga mendahului pengetahuan. Dengan pengalaman kita bisa berpengetahuan, sedangkan yang berpengetahuan belum tentu memiliki pengetahuan.

Pengalaman memang sarat dengan hikmah dan pembelajaran. Namun, tidak semua berhasil lulus dari ujiannya. Mereka yang kita anggap telah banyak berpengalaman sekalipun dapat tergelincir jika tidak pernah memegang teguh dan mudah melupakan pelajaran dan hikmah dari pengalaman tersebut.

Jika rutinitas kita adalah buah dari pengalaman, sudahkah kita benar mengaturnya? Jika naik turunnya semangat kita adalah pengalaman, sudahkah kita memahami pengendaliannya? Jika amal ibadah kita adalah pengalaman, sudahkah kita berhasil mempertahankan kualitas dan kuantitasnya? Ketika pengalaman tak lagi mengajarkan apapun pada kita, maka tidak ada satupun yang bisa memperbaiki cara pandang kita terhadap kehidupan.

Sesungguhnya, pengalaman tidak akan pernah berhenti menjadi guru terbaik kita. Pengalaman tetaplah guru yang terbaik sebab dia tidak pernah memberikan pekerjaan rumah padamu dan tidak pula marah padamu meskipun engkau tidak mengerjakannya. Namun, pernahkah kita terfikir menjadi murid yang baik dan mengambil sebanyak-banyak pelajaran darinya?!

Be Wise.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar